Pengkajian Klien Gangguan Sistem Kardiovaskuler


Pengkajian Klien Gangguan Sistem Kardiovaskuler
1. Persiapan klien
  • Buatlah penerangan yang baik dalam ruangan, termasuk penerangan untuk pengkajian
  • Klien sebaiknya berbaring dengan badan bagian atas sedikit terangkat, dan pemeriksa sebaiknya berdiri disisi kanan klien.
  • Minta klien untuk tidak berbicara selama pemeriksaan kecuali diminta oleh pemeriksa.
  • Agar klien tidak cemas, jangan perlihatkan kekuatiran tentang hasil selama pengkajian.
2. Pengkajian Riwayat Kesehatan
  • Kaji riwayat merokok, penggunaan alkohol, pemakaian obat-obatan, kebiasaan latihan, dan pola diet termasuk pemasukannya
  • Apakah klien mendapat pengobatan untuk fungsi kardiovaskuler? Apakah klien mengetahui kegunaan, dosis, dan efek samping pengobatan?
  • Tanyakan apakah klien mengalami nyeri atau ketidaknyamanan pada dada, palpitasi, kelelahan yang berlebihan, dispnea, edema pada kaki, pingsan atau ortopnea. Apakah gejala-gejala ini terjadi saat istirahat atau latihan.
  • Bila terjadi nyeri dada, tentukan apakah hal tersebut murni karena jantung (Rossi dan Leary, 1992 dikutip dari Potter, 1996), nyeri angina biasanya berupa tekanan atau rasa sakit yang dalam, substernal dan menyebar ke salah satu atau kedua lengan, bisa sampai ke rahang; Tentukan frekuensinya. Apakah nyeri menyebar ke lengan, bahu, atau leher? Apakah nyeri tersebut disertai terjadinya diaforesis.
  • Apakah klien menjalani gaya hidup yang penuh stres
  • Kaji riwayat keluarga klien mengenai penyakit jantung seperti hipertensi, stroke, kolesterol tinggi, atau penyakit jantung rematik.


3. Pemeriksaan Fisik
1). Keadaan Umum Pasien
Pemeriksaan keadaan umum pasien di­maksudkan untuk mendapatkan kesan umum pasien tersebut. Dalam pemeriksaan ini perlu diperhatikan kelainan dan usia pasien, tampak sakit  atau tidak, kesadaran dan keadaan emosi, dalam keadaan comfort atau distress, serta sikap dan tingkah laku pasien.
 
2). Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
  1. penapasan
  2. nadi
  3. tekanan darah
  4. suhu badan
3) pemerisaan khusus
  1.  inspeksi
  2. palpasi jantung
  3. perkusi jantung
  4. auskultasi jantung
Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas BJ I, yaitu :
  • kekuatan dan kecepatan kontraksi otot ventrikel makin kuat dan cepat, makin keras bunyinya.
  • Posisi  daun katup atrio-ventrikular pada saat sebelum kontraksi ventrikel.
  • Jarak  jantung terhadap dinding dada. Pada pasien dengan dada kurus BJ lebih keras terdengar dibandingkan pasien gemuk deng­an BJ yang terdengar lebih lemah. Demi­kian juga pada pasien emfisema pulmonum  BJ terdengar lebih lemah.
BJ II ditimbulkan karena
  • vibrasi akibat penu­tupan katup aorta (komponen aorta),
  • penutupan katup pulmonal (komponen pulmonal),
  • perlambatan aliran yang mendadak dari darah pada akhir ejeksi sistolik,dan benturan balik dari kolom darah pada pangkal aorta dan mem­bentur katup aorta yang baru tertutup rapat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar